Sastra Anak dan Buku Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK): DOMINASI JUDUL DAN TEMA MEMPRIHATINKAN Bagian 2

Berita22 Dilihat

oleh Roma Kyo Kae Saniro
Dosen Universitas Andalas

JurnalPost.com – Sebelumnya, kita telah membahas terkait dengan berbagai judul buku Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK). Pada bagian 2 ini, kita akan membahas salah satu contoh buku yang dapat mewakili terkait dengan penggunaan bahasa Inggris yang ada pada buku sastra anak. Salah satu buku KKPK yang berjudul “My First Make Up” adalah buku yang berisikan pengalaman pertama make up seorang anak perempuan tomboi berumur 10 tahun yang bernama Shabryna Azizah yang akrab dipanggil dengan Bry. Karakteristik cerita anak seperti tema, amanat, plot dan alur, tokoh dan penokohan  sudah lengkap di dalam salah satu buku KKPK yang berjudul “My First Make Up” ini. Tema yang disuguhkan adalah tema kehidupan modern mengenai anak berusia sepuluh tahun dan aktivitasnya yang di luar logika, seperti membuat salon di sekolah yang terdapat di dalam petikan berikut.

“BryKo’s Barbershop

Menyediakan berbagai fasilitas untuk perawatan rambut, sepeti creambath, blow, potong rambut, mengecat rambut, mengeriting rambut, menata rambut, meluruskan rambut, keramas, dan lain-lain. Tarif murah meriah! Hanya sepuluh ribu rupiah untuk satu item layanan. “

 

Teeuw menyatakan adanya tiga kode yang perlu diketahui oleh pembaca anak-anak agar memahami sastra anak yaitu kode bahasa, kode budaya, dan kode sastra. Dengan adanya tema dominasi kehidupan modern di dalam sastra anak, belum tentu semua anak dapat memahami tema tersebut. Hal ini dikarenakan apabila dilihat dari biografi penulis “My First Make Up” ini bernama Shara, 10 tahun. Tinggal di Bekasi. Bersekolah di SDIA AL-Azhar 9 Kemang Pratama, Bekasi, Jawa Barat. Dari biografi singkat penulis, dapat dilihat bahwa penulis berasal dari kelas sosial menengah ke atas yang dilihat dari tempat ia bersekolah dan cerita di dalam bukunya juga sangat menceritakan kehidupan kelas sosial menengah ke atas. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas bermain facebook, jalan-jalan ke mall, teman yang merupakan salah seorang artis  di luar negeri, dll. Akankah pembaca dengan kelas sosial menengah ke bawah dengan kode bahasa asing, kode budaya yang sangat modern dapat memahami buku tersebut? Sepertinya tidak.

Baca Juga  Unjuk Gigi di FSAE Japan 2023, Anargya ITS Bidik Juara

Tidak hanya buku dengan judul “My First Make Up” ini saja yang menyuguhkan judul berbahasa asing dan tema modern yang dominan, tetapi semua buku KKPK mayoritas seperti itu. Pertanyaan lain yang muncul adalah mengapa penulis KKPK tidak ada yang berasal dari kelas menengah ke bawah? Sepertinya banyak anak Indonesia yang memiliki kemampuan luar biasa dalam menulis. Hal ini sepertinya dikarenakan banyak faktor yang mendukung hal tersebut dari dukungan orang tua, fasilitas untuk menulis tidak memadai,  terbatasnya ruang dan waktu, pengetahuan yang mereka miliki mengenai prosedur pengiriman tak ada, dll. Hal ini dapat dianalogikan anak desa dari kelas menengah ke bawah yang memiliki ide cemerlang tetapi mereka terkendala oleh faktor di atas sehingga ide cemerlang mereka hanya mengendap di otak saja.

KKPK memang salah satu karya sastra anak yang sangat perlu diacungkan jempol. Melihat kondisi sastra anak yang terabaikan pada zaman modern ini sedangkan karya sastra sangat penting untuk mencerdaskan anak bangsa. Namun, sangat disayangkan karya KKPK ditulis dengan dominan judul dan diksi yang menggunakan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Penulis, pembaca adalah bangsa Indonesia dan tempat buku KKPK beredar adalah di Indonesia, sebaiknya judul dan diksi yang digunakan pada buku menggunakan bahasa Indonesia untuk membubuhkan nilai nasionalisme pada anak. Kemudian, tema kehidupan modern dipilih menjadi tren dalam buku KKPK. Hal ini dapat dikarenakan juga karena mayoritas atau bahkan semua penulis KKPK berasal dari kelas sosial menengah ke atas. Semoga ke depannya judul dan diksi di dalam buku KKPK berbahasa Indonesia dan tema kehidupan modern tidak mendominasi, karena ada banyak tema yang lebih baik dipilih seperti kehidupan tradisional agar anak-anak dari kelas sosial menengah ke bawah dapat memahami karya KKPK ini.

Menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan sesuai dalam buku sastra anak memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan bahasa dan literasi mereka. Pertama-tama, buku-buku sastra anak yang mematuhi kaidah bahasa membantu anak-anak belajar bahasa dengan efektif. Anak-anak memeroleh pemahaman yang kuat tentang struktur dan aturan bahasa melalui buku-buku tersebut, yang pada gilirannya membantu perkembangan kemampuan berbicara dan menulis mereka di masa depan.

Baca Juga  Kementerian BUMN dan Pertamina Hadirkan Bazar UMKM di Sarinah

Selain itu, penggunaan bahasa yang benar juga mendukung komunikasi yang efektif. Buku-buku sastra anak yang menggambarkan gagasan dan emosi dengan jelas membantu anak-anak dalam menyampaikan pesan mereka dengan lebih baik. Mereka belajar bagaimana menggunakan kata-kata dengan tepat untuk berkomunikasi secara efektif dalam berbagai situasi.

Lebih lanjut, penggunaan bahasa yang benar dalam buku sastra anak juga berkontribusi pada peningkatan literasi anak-anak. Sastra anak-anak yang menarik dan mematuhi kaidah bahasa cenderung meningkatkan minat anak-anak dalam membaca. Saat mereka menikmati buku-buku tersebut, mereka secara alami meningkatkan pemahaman bahasa, kosakata, dan pemahaman narasi mereka. Ini membantu mereka menjadi pembaca yang lebih terampil dan aktif.

Penggunaan bahasa yang benar juga merupakan tanda penghormatan terhadap pembaca anak, yaitu anak-anak sendiri. Anak-anak berhak mendapatkan bahan bacaan berkualitas dengan bahasa yang benar sebagai bagian dari pengalaman membaca mereka. Ini mencerminkan penghargaan terhadap kemampuan dan potensi mereka sebagai pembaca.

Terakhir, buku sastra anak yang menggunakan bahasa yang benar membentuk gaya bahasa anak-anak. Anak-anak terinspirasi oleh apa yang mereka baca, dan buku dengan bahasa yang benar membantu mereka mengadopsi struktur bahasa yang benar dalam komunikasi sehari-hari dan dalam karya tulis mereka.

Secara keseluruhan, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam buku sastra anak memiliki dampak positif yang signifikan pada perkembangan bahasa dan literasi anak-anak. Oleh karena itu, penulis dan penerbit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa buku-buku sastra anak mereka mematuhi standar bahasa yang benar, karena hal ini berkontribusi pada perkembangan bahasa dan literasi anak-anak.

Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *